iklan banner
MASIGNCLEAN104

MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DAN PEMBELAJARAN REMEDIAL TUTOR SEBAYA

iklan banner
MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA
Pada bahasan kali ini  kita akan mempelajari Model Pembelajaran Tutor Sebaya dan penerapan Model Tutor Sebaya dalam pembelajaran remedial

A. Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Pengertian Model Pembelajaran Tutor Sebaya

Apa yang dimaksud Model Pembelajaran Tutor Sebaya? Menurut Rijalullah (2013), Model Pembelajaran Tutor Sebaya yang disamakan dengan Tutorial adalah bimbingan arahan, bantuan, petunjuk, dan motivasi agar siswa belajar secara efesien dan efektif. Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar,pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu teman-temannya dalam belajar di kelas. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004),  Model Pembelajaran Tutor Sebaya adalah siswa yang ditunjuk atau di tugaskan membantu teman yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan teman umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru dengan siswa. Sedangkan menurut Winataputra (1999), Model Pembelajaran Tutor Sebaya adalah kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melaksanakan suatu kegiatan atau memahami suatu konsep.
==========================================




==========================================
Langkah-langkah Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Dalam www.idp-europe.org., disebutkan bahwa pembelajaran tutorial sebaya dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri. Materi dibagi dalam sub-sub materi (segmen materi).
2. Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya.
3. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya.
4. Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas
5. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006) mengemukakan bahwa yang terpenting untuk menjadi seorang Tutor Sebaya adalah sebagai berikut: a. Dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapatkan program perbaikan sehingga siswa tidak mempunya rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya. b. Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan. c. Mempunyai daya kreatif yang cukup untuk memberikan bimbingan yang dapat menerangkan pembelajaran kepada temannya.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tutor Sebaya
a. Kelebihan Model Pembelajaran Tutor Sebaya
1) Adanya hubungan yang lebih dekat dan akrab  dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri
2) Bagi tutor pekerjaan tutoring, akan mempunyai akibat memperkuat konsep yang dibahas.
3) Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri, memegang rasa tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas, dan melatih kesabaran.
4) Mempererat hubungan sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.
5) Pengetahuan yang diperoleh biasanya akan lebih lama tersimpan dalam memori siswa


b. Kekurangan Model Pembelajaran Tutor Sebaya
1) Siswa yang dibantu sering kali kurang serius karena berhadapan dengan temannya sendiri, sehingga hasilnya kurang memuaskan
2) Ada beberapa anak yang menjadi malu bertanya karena takut rahasianya diketahui oleh temannya.
3) Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan karena perbedaan kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan.
4) Bagi guru sukar untuk menemukan tutor yang tepat bagi seseorang atau beberapa orang siswa yang hars dibimbing.
5) Tidak semua siswa yang pandai atau cepat waktu belajarnya dapat mengerjakannya kembali pada kawan-kawannya.

Peranan tutor dalam penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Peranan tutor menurut Djauzak Ahmad (Nana Sudjana, 1991 : 183) sebagai berikut :
·        Sebagai Pengatur Lalu Lintas
·        Menjaga agar siswa-siswa bebicara menurut giliran
·        Menjaga agar diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu
·        Memberikan kesempatan kepada siswa-siswa yang pemalu untuk mengemukakan pendapatnya.
·        Sebagai Dinding Penangkis. Sebagai dinding penangkis, peranan tutor atau pemimpin diskusi adalah menerima pertanyaan-pertanyaan dari anggota, kemudian melemparkannya kembali kepada anggota. Diupayakan supaya terjadi tanya jawab atau dialog antar siswa dalam kelompok dan antara siswa dengan tutor, sehingga seluruh anggota berpartisipasi aktif.
·        Sebagai Penunjuk Jalan. Dalam hal ini peranan tutor adalah memberi pengarahan kepada anggota kelompok tentang masalah yang akan didiskusikan, sehingga tidak timbul masalah-masalah yang menyimpang.
Situasi pembelajaran di dalam kelas atau kelompok kecil diharapkan terciptanya suasana belajar yang tenang, aman dan nyaman. Untuk itu tempat  belajar siswa atau ruangan belajar perlu diatur sebaik-baiknya. Pada diskusi kelompok kecil, ruangan belajar diatur sehingga siswa yang berdiskusi atau bertanya jawab dapat duduk berkelompok dan guru bergerak dengan leluasa. Dalam pelaksanaan model kelompok ini, tempat duduk pun diatur bervariasi sedemikian rupa.

B. Pembelajaran Remedial Tutor Sebaya
Pembelajaran Remedial Tutor Sebaya
Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan.

Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai dari penilaian kemampuan awal peserta didik terhadap kompetensi atau materi yang akan dipelajari.Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, diadakan penilaian proses menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari.

Apabila kemudian diumpai peserta didik yang tidak mencapai kompetensi yang telah ditentukan, maka salah satu tindakan yang bisa dillakukan adalah dengan remedial. Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan.Mereka juga perlu menempuh penilaian kembali setelah mendapakan program pembelajaran remedial.

Pada prinsipnya,pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mengalami hambatan. Hambatan yang terjadi dapat berupa kurangnya pengetahuan atau lambat mencapai kompetensi.

Berdasarkan pembelajaran remedial dalam KTSP (Depdiknas 2008). Bahwa sesuai dengan sifatnya sebagai pelayan khusus, pembelajaran remedial memiliki beberapa prinsip sebagai berikut :
·          Adaptif
Program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didikuntuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatann, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.
·          Interaktif
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapat monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya.
·          Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran  dan Penilaian
Bahwa dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode mengajar dn metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
·          Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin
Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.=
·          Kesinambungan dan Ketersediaan Pemberian Pelayanan
Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial adalah satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan.

Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajran remedial menurut Rienties, martin rehm, dalam artikel kurikulum dan pembelajaran , Depdiknas 2008 menyebutkan :
·          Pemberian pembelajran ulang dengan metode dan media yang berbeda.
·          Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi.
·          Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar.
·          Pemberian secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa bimbingan secara individual. Hal ini dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.
·          Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan.
·          Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang mengalami kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.

Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria (1). Memiliki kemampuan akademis diatas rata-rata peserta didik satu kelas, (2). Mampu menjalin kerjasama  dengan sesama peserta didik, (3). Memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademik yang baik, (4). Memilki sikap toleransi dan tenggang rasa terhadap sesama, (5). Memiliki motivasi tinggi, (6). Bersikap rendah hati, pemberani dan bertanggung jawab,(7). Suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.  Sementara guru hanya berperan sebagai fasilitaor dan pembimbing terbatas.( Adam dan decey, dalam Wiwik Ida Kurotulaini).

Jadi pembelajaran remedial tutor sebaya adalah pembelajaran remedial yang dilakukan dengan menggunakan peserta didik yang memiliki kemampuan lebih. Ini dilakukan antar sesama peserta didik.

Pengertian Tutor Sebaya
Lingkungan sekolah merupakan  salah satu faktor yang memiliki banyak   potensi untuk ditingkatkan efektifitasnya dalam menunjang keberhasilan suatu program pengajaran. Potensi yang ada di sekolah, yaitu semua sumber-sumber daya yang dapat mempengaruhi hasil dari proses belajar mengajar. Keberhasilan suatu program pengajaran tidak disebabkan oleh satu macam sumber daya, tetapi  disebabkan oleh perpaduan antara berbagai sumber-sumber daya saling mendukung menjadi satu system yang intergral.  (Russefendi, 1991 : 233)

Dalam arti luas sumber belajar tidak harus selalu guru. Sumber belajar dapat orang lain yang bukan guru, melainkan teman dari kelas yang lebih tinggi, teman sekelas, atau keluarga di rumah.  Sumber belajar  bukan guru dan berasal dari orang yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai, dan tutor kakak adalah tutor dari kelas yang lebih tinggi. ( Nana Sudjana, 1991 : 178)

Sehubungan dengan itu ada beberapa pendapat mengenai tutor sebaya, diantaranya menurut Ischak dan Warji. (Nana Sudjana, 1991 : 180) “Mengemukakan bahwa : tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang di pelajarinya”.

Sementara menurut Dedi Supriyadi. (Nana Sudjana, 1991 : 180)  “Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil dari kelompok prestasinya yang lebih tinggi”. Sedangkan menurut Conny Semiawan, dkk. (Nana Sudjana, 1991 : 181) “Tutor sebaya adalah siswa yang pandai dapat memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut kepada teman-teman sekelasnya di luar sekolah”.

Siswa adalah unsur pokok dalam kegiatan belajar mengajar maka siswalah yang harus menerima dan mencapai berbagai informasi pengajaran yang pada akhirnya dapat mengubah tingkah lakunya sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, maka siswa harus dijadikan sebagai sumber pertimbangan di dalam pemilihan sumber pengajaran. Sudirman. (Russefendi , 1991 : 233). Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tutor sebaya menurut Muntasir, dkk. (Nana Sudjana, 1991: 182 ).

Tutor sebaya adalah sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang  pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman lebih mudah dipahami. Dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu dalam bertanya atau meminta bantuan.

Dalam pembelajaran dengan penggunaan model tutor sebaya, tutor idealnya adalah siswa yang memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan teman-teman yang dibimbingnya, sehingga pada saat ia memberikan pengayaan atau membimbing teman-temannya sudah menguasai materi yang akan disampaikan pada mereka.
Adapun kriteria siswa yang dapat dijadikan tutor sebaya menurut Nana Sudjana (1991 :14 –15 )  Kriteria tersebut antara lain :
·          Siswa menguasai bahan pengajaran yang telah dipelajarinya.
·          Siswa menguasai teknik dan cara mempelajari bahan pengajaran.
·          Waktu yang diperlukan untuk menguasai bahan pengajaran relative lebih singkat.
·          Teknik dan cara  belajar yang dikuasainya dapat digunakan untuk mempelajari bahan pengajaran lain yang serupa.
·          Siswa dapat  mempelajari bahan pengajaran lain secara mandiri.
·          Timbulnya motivasi dari dalam dirinya untuk belajar lebih lanjut.
·          Tumbuhnya kebiasaan siswa untuk selalu mempersiapkan diri dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar di sekolah.
·          Siswa terampil dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
·          Tumbuhnya kebiasaan dan keterampilan membina kerjasama dan hubungan social dengan orang lain.
·          Kesediaan siswa untuk menerima pandangan orang lain dan memberikan pendapat atau komentar terhadap gagasan orang lain.

Prosedur Penyelenggaraan Tutor Sebaya
Menurut Branley. (Nana Sudjana, 1991 : 187) ada tiga model dasar dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan tutor, yaitu :
1. Tutor to Student (tutor ke siswa)
2. Group to tutor (grup ke tutor)
3. Student to Student (siswa ke siswa)

Dalam model operasional 1, tutor melakukan bimbingan terhadap masing-masing siswa secara individual, begitu pula siswa secara individual berinteraksi dengan tutornya. Sementara dalam model operasional 2, tutor tidak membimbing siswa secara individual, tetapi membimbing siswa-siswa sebagai anggota kelompok. Adapun dalam model operasional 3, siswa-siswa sebagai anggota kelompok saling bekerja sama, berdiskusi dan saling bertanya dibimbing oleh tutor.

Skenario Pembelajaran Tutor Sebaya
·          Fase Persiapan
Dalam pelaksanaan penggunaan model tutor sebaya, pengelompokan siswa, kerja kelompok dan kegiatan diskusi mengacu pada metode kerja kelompok dan diskusi. Winarno Surachmad (1990 : 49 ) mngungkapkan bahwa kerja kelompok adalah metode mengajar untuk membawa siswa-siswa sebagai kelompok dan secara bersama-sama berusaha untuk memecahkan suatu masalah atau melakukan tugas. Pada dasarnya kerja kelompok diadakan dengan tujuan agar semua siswa memikirkan sesuatu atau mengeluarkan pendapat masing-masing. Ini tidak mungkin dilakukan dalam situasi kelas secara keseluruhan atau klasikal akan tetapi harus dilakukan dalam kelompok kecil.

Dalam metode kerja kelompok kecil ini, guru harus melakukan persiapan-persiapan tertentu, persiapan tersebut menurut Winarno Surachmad (1990 : 50) adalah sebagai berikut: Pertama, guru harus menentukan masalah-masalah yang akan dikerjakan atau didiskusikan oleh siswa. masalah-masalah ini harus jelas dan dapat dipahami oleh siswa. Kedua, guru harus memilih saat yang tepat untuk pelaksanaan kerja kelompok, sehingga program dapat dilaksanakan dengan baik. Ketiga, guru harus menentukan peserta-peserta untuk tiap kelompok dengan cara yang tepat, sehingga para peserta dalam kelompok  akan lebih aktif. Keempat, penentuan alokasi waktu untuk pelaksanaan pembelajaran dengan cara yang efesien efektif. Persiapan selanjutnya adalah menentukan organisasi kelompok, dalam hal ini adalah grup tutor sebaya. Persiapan terakhir adalah menyiapkan format laporan observasi kelompok.

·          Pola Pembentukan dan Prinsip Kerja Kelompok
Adapun beberapa cara yang dapat digunakan untuk membentuk sebuah kelompok kecil, yaitu :
1)      Pembentukan kelompok berdasarkan tempat duduk.
2)      Pembentukan kelompok  bedasarkan nama-nama menurut abjad.
3)      Pembentukan kelompok menurut hasil sosiometri yang dapat dilihat dari hubungan fsikologis antara siswa, seperti pengelompokan atas dasar keakraban teman.
4)      Pembentukan kelompok atas dasar minat dan bakat siswa.
5)      Pembentukan kelompok atas dasar pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa.
6)      Pengelompokan menurut bilangan atau urutan.
7)      Pembentukan kelompok berdasarkan kartu nomor dengan cara dikocok atau diundi.
Winarno Surachmad (1990 : 51) menyatakan bahwa pengelompokan siswa dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1)       Berdasarkan pada fasilitas yang ada, artinya jika fasilitas tidak sebanding dengan yang diperlukan, maka kelompok dibagi menurut adanya fasilitas.
2)       Berdasarkan perbedaan individual dalam minat belajar dan kemampuan belajar, siswa dikelompokan bedasarkan kecakapannya.
3)       Berdasarkan pembagian pekerjaan.
4)       Berdasarkan tujuan untuk mendorong setiap siswa belajar berpartisifasi penuh dalam belajar.

Untuk memperoleh hasil yang optimal, dalam kerja kelompok ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan sehingga suatu kerja kelompok dapat dipandang sebagai kerja kelompok yang baik. Merujuk pada konsep yang dikemukakan oleh Winarno Surachmad (1990 : 52)  prinsip-prinsip kerja kelompok yang baik adalah sebagai berikut :
1)       Kerja kelompok yang baik harus didasarkan pada masalah, tujuan dan rencana menurut pandangan siswa.
2)       Kerja kelompok yang baik, setiap siswa merasakan sebagai peserta yang penting dan mampu memberikan sumbangan pikiran atau ide berkenaan dengan pokok bahasan yang dihadapi.
3)       Kerja kelompok yang baik adalah semua tanggungjawab harus dibagi kepada setiap siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
4)       Dalam kelompok yang baik, guru mengajar siswa tentang cara berdiskusi, kerjasama yang baik, mengeluarkan pikiran, menilai dan saling menghargai buah pkiran orang lain, mencegah terjadinya ketegangan, sehingga siswa tahu sikap sebagai pemimpin dan sikap yang layaknya dimilki oleh orang yang dipimpin.
5)       Dalam kelompok yang baik, dipelihara suasana yang demokratis termasuk pengambilan keputusan.
6)       Dalam kelompok yang baik, pemimpin kelompok/tutor mampu menciptakan suasana keterbukaan, tidak mendominasi pembicaraan dan memaksakan kehendak.
7)       Kelompok yang baik harus membawa perubahan prilaku yang kontruktif pada diri siswa. Dalam hal ini siswa belajar kerjasama dalam menyelesaikan tugas dan menumbuhkembangkan rasa social, rasa solidaritas dan saling menghargai.

·          Peran Diskusi dalam Kerja Kelompok
Dalam kerja kelompok yang baik, peran diskusi sangat penting. Menurut Winarno Surachmad (1990 : 49) Diskusi merupakan aktifitas dari kelompok siswa, berbicara saling tukar informasi maupun pendapat tentang sesuatu masalah dalam rangka mencari jawaban atau penyelesaian problem.
Diskusi itu sendiri menurut  Winarno Surachmad (1990 : 49) dibagi menjadi empat bagian ; 1) diskusi kelas, 2) diskusi kelompok kecil, 3) diskusi terpimpin, 4) diskusi tidak terpimpin. Adapun yang dimaksud diskusi adalah diskusi yang dilaksanakan dalam kelompok kecil, yaitu kelompok tutor sebaya.




Referensi
Abu Ahmadi dan Widodo S, (2004). Psikologi Belajar Edisi Revisi, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

Danim, Sudarwan.  2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Russefendi, (1991). Pengantar Kepada Guru dalam Mengembangkan Kompetensinya dalam pelajaran Matematika. Bandung : Tarsib

Rijalullah (2013) Model Pembelajaran Tutorial Sebaya dalam Pembelajaran BTQ (Skripsi), Jakarta: STAINU

Hambali, Julius (1991) Pendidikan Matematika I. Jakarta : Depdikbud Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi

Sudjana, Nana. (1991). Model-model Mengajar CBSA. Bandung : Penerbit Sinar Baru

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain. (2006) Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Winataputra, Udin, S, (1999) Pendekatan Pembelajaran Kelas Rangkap (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) 






= Baca Juga =



Share This :
Elnua