iklan banner
MASIGNCLEAN104

Peribahasa Bahasa Indonesia Bagian 7

iklan banner
Peribahasa Bahasa Indonesia

Bagai katak dalam tempurung
Orang yang wawasannya tidak terlalu luas. la tidak tahu situasi lain, selain di sekitar tempatnya berada saja.


Bagai keluang bebar petang
Berduyun-duyun banyak sekali berkeliaran kesana kemari .

Bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau
Sangat sengsara; hidup melarat.

Bagai kerbau dicocok hidung

Orang yang tidak punya pendirian atau hanya mengikut/ mengekor saja.

Bagai kucing dengan panggang
Berbahaya bila diperdekatkan (misalkan lelaki dengan perempuan).

Bagai kucing lepas senja
Orang yang kalau sudah pergi, tak akan kembali lagi; sangat senang sehingga lupa pulang.

Bagai kucing tak bermisai
Orang besar atau pejabat yang sudah berhenti dari jabatannya dan tidak ditakuti lagi, Macan ompong (kias).

Bagai kuku dengan daging
Selalu bersama-sama; Dua orang yang tidak dapat terpisahkan (kekasih, sahabat karib, suami-istri).

Bagai kucing tidur di bantal
Sangat sejahtera, tidak takut akan kekurangan (rezeki, makanan, dll).

Bagai kura-kura dengan isi
Sukar diceraikan; Tidak pernah bercerai.

Bagai makan buah simalakama
Keadaan yang serba salah. Biasanya digunakan untuk orang yang sedang menghadapi dua pilihan, dan kedua-duanya akan menyebabkan orang tersebut mengalami hal yang buruk.

Bagai memakai baju pinjaman
Tingkah laku yang dibuat-buat sehingga tampak canggung.

Bagai melulus baju sempit, bagai terbuang ke sisiran
Seseorang yang merasa senang karena terlepas dari kesusahan.

Bagai membandarkan air ke bukit
Mengerjakan sesuatu yang sulit dikerjakan atau sia-sia.

Bagai membelah betung
Berat sebelah, tidak adil.

Bagai menampung air dengan limas pesuk
Perempuan yang pemboros, tak tersimpan sedikit pun harta pencaharian suami akibat keborosan istrinya; Gaya hidup sangat boros.

Bagai mencari belalang di rumput
Melakukan pekerjaan yang sia-sia.

Bagai mendapat durian runtuh
Mendapatkan sesuatu tanpa disangka-sangka; mem­peroleh rezeki yang tak disangka.

Bagai mendapat gunung intan
Sangat penting.

Bagai menegakkan benang basah
Melakukan suatu pekerjaan yang mustahil akan berhasil

Bagai mentimun dengan durian
Orang yang lemah tidak berdaya untuk melawan orang yang berkuasa.

Bagai musang berbulu ayam
Orang jahat yang berpura-pura balk; berpura-pura menolong namun niat sebenarnya menjerumuskan.

Bagai orang kena miang
Sangat gelisah karena mendapat malu di tengah orang banyak.

Bagai pagar makan tanaman
Yang disuruh menjaga/mengawasi justru mengambil barang yang dijaga/diawasinya itu.

Bagai padi, kian berisi kian merunduk
Semakin tinggi ilmunya semakin rendah hatinya; Kalau sudah pandai jangan sombong, selalulah rendah hari.

Bagai pelanduk di cerang rimba
Sangat ketakutan; Bingung tak tahu mau berbuat apa; Kehilangan akal

Bagai pelita kehabisan minyak
sesuatu yang hampir mati; Tidak diorganisasi dengan baik.

Bagai pinang dibelah dua
Dua orang atau hal yang sama dan tidak terlihat bedanya..

Bagai pintu tak berpasak, perahu tak berkemudi
Sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya di belakang hari.

Bagai pohon tidak berbuah
Orang yang berilmu tetapi tidak mengamalkannya.

Bagai pungguk merindukan bulan
Seseorang yang mencintai kekasihnya tetapi cintanya tidak berbalas; Merindukan kekasih yang tak mungkin didapat karena perbedaan derajat.

Bagai semang kehilangan induk
Orang yang bingung, tidak tahu tujuan karena kehilangan petunjuk/panutan.

Bagai si kudung pergi berbelut
pekerjaan yang sia-sia karena tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Bagai si buta pergi bergajah 

Melakukan pekerjaan yang tak berguna.

Bagai tanduk diberkas
Sukar bersatu karena berbeda paham dan pandangan.

Bagai telur di ujung tanduk
Keadaaan yang sangat membahayakan (kritis/genting).

Bagaimana biduk, bagaimana pengayuh
Bagaimana orang tua begitulah anaknya; bagaimana atasan begitulah bawahan (dalam satu perusahaan).

Bahasa menunjukkan bangsa
Tabiat seseorang dapat dilihat dari cara bertutur kata mereka; Kesoponsantunan seseorang menunjukkan asal keluarganya; Bahasa yang sempurna menunjukkan peradaban yang tinggi dari bangsa pemilik bahasa tersebut.

Bahasa dan bangsa itu tiada dijual atau dibeli
Walaupun kaya bila tidak berbudi bahasa akan dihina juga.

Baji dahan pembelah batang
Orang kepercayaan kita yang kerap kali merugikan kita.

Bajak lalu di tanah yang lembut
Orang yang lemah juga menjadi korban kecurangan atau kezaliman.

Bajak patah banting terambau
Menderita kecelakaan yang bertimpa-timpa.

Bajak sudah terdorong ke bancah
Sudah terlanjur.

Bak dagang terbuang
Kiasan bagi perantau yang melarat.

Bakar air ambil abunya
Pekerjaan yang tidak akan pernah berhasil

Bakar tak berapi
Tampaknya menaruh tinta padahal tidak sama sekali.

Bandar terbuka dagangan murah, badan sudah tua
Memiliki keinginan ketika sudah tidak mempunyai uang.

Bangau minta aku leher badak, badak minta aku daging
Merasa iri melihat kekayaan orang lain.

Bangkai gajah bolehkah ditudung oleh nyiru?
Kejahatan yang besar itu tidak depat disembunyikan.

Banyak bekerja sedikit bicara
Menggunakan waktu sebaik mungkin.

Banyak habis sedikit sedang
Dalam jumlah banyak akan habis, tetap dalam jumlah sedikit pun sebenarnya mencukupi bergantung pada cara pemakaiannya.

Bapak burik anaknya rintik
Anak akan menuruti orang tuanya.

Barang tergenggam jatuh terlepas
Bernasib sial, sesuatu yang sudah dimiliki hilang lagi.

Berlanjut di Kamus Peribahasa Indonesia Bagian 8


Sebelumnya: Peribahasa Indonesia dan Artinya Bagian 1 atau Bagian 6

Share This :
Elnua